RSS Feed

Jumat, 06 Maret 2015

Batasilah mimpimu, ini bukan laskar pelangi !!!



Saya tahu namanya saat masih berseragam putih biru.  Saya berkenalan dengannya pas dihari pernikahan saya karena ternyata dia teman dekat istri saya. Dari situ saya tahu kalau dia adalah pribadi yang ceria, care, sedikit 'gila' dengan segala ide dan mimpi-mimpinya tentang kehidupan. Namun dia tetaplahlah manusia normal karena hidupnya juga berisi keceriaan, kekecewaan, dan harapan.

“Ice meninggal” , sms pendek yang saya terima pagi ini dari istri. Segera teringat percakapan 2 minggu lalu dengannya. Dia dengan antusias menceritakan hasil pertemuan teman-teman smp di jakarta yang ingin melakukan reuni perak. Dia juga mengundang saya dan istri untuk masuk grup WA smp karena katanya mungkin kamilah satu-satunya yang menikah sesama angkatan di smp. Saya masih ingat omelannya ketika saya memberi isyarat tak akan hadir saat reuni.

Suer, saya tidak kaget ato merasa terguncang membaca SMS tadi. Seorang teman yang menelepon untuk menanyakan kebenaran berita tersebut malah saya jawab dengan ucapan “Alhamdulillah”. Memang tidak lazim, tapi itu sikap yang saya pilih sejak dulu. Saat satu satunya saudara perempuan saya meninggal,  saat ibu saya kena stroke dan saat anak angkat saya meninggal, “Alhamdulilah” adalah kata yang lidah saya pertama ucapkan.

----------------------------------------------------------

 Beginilah hidup, seringkali diberi label 'kejam'. Apalagi jika menyangkut terputusnya hidup seseorang yang penuh dengan semangat hidup. Padahal kita sendirilah yang keliru menyikapi akhir kehidupan.

Sangat jarang kita mengingat mati dalam keseharian.  Yang kita susun adalah rencana dan rencana hari ini, esok dan mimpi-mimpi masa depan seakan-akan mati adalah jatah orang yang berusia renta.  Padahal suka ato tidak suka, manusia beragama, agnostik bahkan atheis sekalipun, tak akan terhindar dari terputusnya nafas kehidupan tanpa peduli balita, remaja, muda, dewasa dan orang tua.

Sikap manusia juga bermacam- macam. Ada yang pasrah, takut, acuh, bahkan 'marah'. Mengapa tak di tambah dengan sikap syukur? Bukankah kematian adalah langkah awal janji pertemuan dengan Sang Pencipta bagi orang beragama? Bukan kah kematian merupakan pembuktian adanya kehidupan lain bagi yang agnostik? Bukankah kematian merupakan akhir penderitaan fisik bagi yang atheis?.

-----------------------------------------

Suer,  SMS "ice meninggal" adalah guyuran air yang menyadarkan saya dari buaian mimpi-mimpi masa depan yang lebih banyak menafikan Sang Pencipta.

Berita ini juga seperti teriakan keras, "batasilah mimpi-mimpimu, ini bukan novel laskar pelanginya Andrea hirata yang mengajarkan untuk teruslah bermimpi setinggi mungkin. Karena besok, lusa, tahun depan ato beberapa tahun kemudian saya pasti akan melalui pintu kematian tsb.

" Ice" hanya melangkah lebih dahulu seraya mengingatkan bahwa segala sesuatu ada batasnya.

Dan bila saat itu tiba, saya ingin dengan sikap bersyukur.

Warkop Ilham Makassar, 6 Maret 2015

0 komentar:

Posting Komentar