RSS Feed

Jumat, 17 Maret 2017

(bukan) tentang ahok

Sudah lama saya malas buat status, tapi akhirnya pening juga membaca berita beriti tentang ahok yang dishare. Secara personal saya lebih menyukai ahok untuk mengelola jakarta. Kemajuan yang dia capai belum pernah dilakukan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya yang notabene adalah muslim. Ini kemudian menjadi sebuah derita bagi muslim yang mindsetnya 'kafir" tidak ada benarnya.
'Blunder' ahok tentang almaidah 51 yang nyatanya memang dipakai sebagai senjata untuk tidak memilih pemimpin non muslim adalah momen yang ditunggu-tunggu. Bijaknya, ahok tidak perlu mengutip quran karena sebagian kaum muslim elergi jika kitab sucinya dipakai pihak 'kafir' sebagai dasar berpijak walau di lain waktu dengan pongah mengutip kitab suci kaum-kaum 'kafir' untuk menyatakan betapa benarnya ajaran 'islam'. Toh tak bakalan ada yang berani protes dan demo karena 'kaum kita' mayoritas di indonesia.

Picik...!!!
Kepicikan ini merasuk hingga ke sumsum sehingga menghilangkan nalar.
Jika di kaum lain terdapat berlian maka itu tidak berarti karena sekelilingnya adalah kotoran busuk dan menjijikkan. Tapi jika di kaum kita terdapat kotoran itu, maka itu tetap harum karena kaum kami adalah berlian.

Cemen...!!! 
Dalam keseharian kerap kali menghina agama lain. Dengarlah isi mimbar-mimbar jumat, dengan toa yang volumenya maksimal, "yang bukan islam adalah kafir dan bakal disiksa di neraka!", tanpa peduli kaum lain akan merasa tersinggung. Tapi sedikit saja merasa terhina, aduh..."mari kita jihad!!!"


Duhai ahok...
Kamu mungkin memang menghina quran dan kaum muslim, meski saya tidak merasa terhina.
Tapi coba bayangkan...Jika terdapat seorang pemimpin, muslim, sholat, puasa, berzakat dan sdh berhaji tapi tetap serakah dan korupsi. Maka dia juga menghina quran, muhammad dan allah.


Bagi saya...
Berlian tetap berlian meski disekelilingnya adalah kotoran.
Kebenaran tetaplah kebenaran karena tidak akan tereduksi oleh kebatilan.


Pecenongan - Jakarta
21 Oktober 2016 Pukul 21.47 WIB

0 komentar:

Posting Komentar