RSS Feed

Sabtu, 07 April 2012

f.u.l.a.n



Fulan adalah sosok yang biasa-biasa saja, tidak ada yg terlihat istemewa. Dia dikelilingi oleh orang-orang yang bisa baik dan bisa saja jahat, dilingkungan yg sama pula (maklum, kota besar). Ketika waktu sholat, kadang ikut berjamaah meski tidak pernah menjadi imam. Namun lebih sering dia tidak ikut shalat jamah karena paham seseorang kadang kala butuh kesendirian dalam menghadap Tuhannya. Ketika masuk bulan Ramadhan, dia ikut berpuasa. Ketika ada majelis ilmu/ta'lim, kadang dia ikut berkumpul meski tidak sering. Karena sering menjadi pelengkap, Fulan hanya berpendapat bila ditanya kecuali dalam hal-hal yang bertentangan dg aqidah yg dia anut. Maka dalam hal ini, fulan  tidak punya kompromi sama sekali.



Setelah serentang masa terlalui, pindahlah Fulan dalam situasi keadaan yang lain. Dia dikelilingi oleh orang-orang yang giat bekerja. Prestasi adalah budaya sehari-hari, sukses adalah tujuan bersama masa depan, tim yang solid adalah gerak kekuatan. Dalam situasi ini Fulan memilih untuk selalu menjadi pilihan terakhir. Sehingga sering mengerjakan pekerjaan yang sepele namun kadang pekerjaan tersulit karena rekan yg lain enggan mengerjakannya. Bagi Fulan prestasi tidak dinilai dari berat ringan tugas dan apa hasil yg dicapai, tapi terletak dalam proses pelaksanaan kerja tsb. Ketika sibuk bekerja dan tak bisa ditinggalkan, Fulan akan melewatkan shalat jamaah. Sehingga lebih sering Fulan shalat sendiri saja, baginya asal tidak lewat dr waktu shalat tsb. Meski sering puasa senin-kamis, Fulan dapat membatalkan puasa bila memang harus menghadiri suatu jamuan karena Nabinya berkata halal membatalkan puasa sunnat bila memenuhi undangan. Untungnya, krn sering mengerjakan hal-hal tak penting, Fulan jarang diberi tugas menghadiri jamuan seperti itu.

Serentang masa terlalui kembali, pindahlah Fulan dalam situasi keadaan lain lagi. Namun Fulan tetap tidak berubah. Keberadaannya kadang dibutuhkan meski kerap kali tidak diperlukan. Karena sifat pemaafnya, dia sering jadi kambing hitam. Ujung-ujungnya Fulan tidak sukses. Dia harus hidup dalam kesederhanaan karena meski selalu ikhlas, dia tidak pernah mendapat jalan kemudahan. Hal ini menyebabkan orang sekeliling mencapnya sebagai orang yg berdosa dan segala caci maki lainnya karena hampir selalu ‘sial’. Dan ketika ditanya, dia cuma menjawab akibat dosa masa lalunya dan memilih tidak memperlihatkan keshalehannya. Padahal Fulan sangat tidak membutuhkan penilaian baik dari siapa saja karena menurutnya cukuplah dirinya tidak pernah menaruh apa saja yg bernilai buruk dihatinya terhadap siapa saja dan biarlah terlihat memalukan pada manusia tapi mulia dihadapan Tuhannya.

(saya temukan dari seseorang yang pernah saya kenal, di mana kemuliaan terpancar dari pribadinya)

0 komentar:

Posting Komentar